Rabu, 26 Februari 2014
Ketika tak ada pilihan selain berkata “iya”
Pernah denger bahwa kalimat yang paling sering diucapin
sebagai kebohongan adalah “iya gak papa” dan “iya aku baik-baik saja”? Meski
terkadang kita tahu bahwa itu bohong, namun sering kali justru kita anggap itu
sebagai lampu hijau untuk tak mempermasalahkannya. Pait sih diabaikan kayak
gitu, tapi ya itu pilihanmu. Kenapa harus sok tegar ketika kamu merasa sangat
tidak baik-baik saja? Kenapa mesti sok kuat disaat sesungguhnya hatimu
ingin menjerit? Yah itu letak kesalahannya, selalu berpura-pura tangguh!
Sebenarnya gak salah sih berusaha tersenyum ketika jiwamu meronta,
terkadang itu bisa jadi penguat untuk jiwa, namun sangat manusiawi jika ada
kalanya kamu menyerah dan marah. Sudah kodrat manusia merasa kecewa, asal sadar
saja bahwa semua harus segera dikembalikan pada keputusan terbaik menurut-Nya. Kuasa
hamba hanya berupaya dan menengadahkan doa, tapi tetap final decision dari
semuanya hanya Sang Maha yang punya.
Ya sama seperti apa yang aku lakukan sekarang, ini bukan
sekedar cara untuk menyampaikan rasa, tapi juga ku gunakan untuk menguatkan
asa, setidaknya dengan begini kuharapkan tak ada dosa. Aku kecewa ketika tiap
harapan yang terbentuk karenanya akhirnya dihancurkan lagi olehnya, meskipun
aku paham bahwa itu di luar kuasanya, tapi ya seperti yang aku bilang tadi
bahwa ini sangat manusiawi. Sudah berusaha sih buat menganggap semua biasa
saja, tapi ya sekali lagi yang namanya hati memang susah terkendali.
Aku gak menuntut banyak, gak meminta lebih juga, hanya
setidaknya beri aku sedikit waktumu untuk meyakinkanku bahwa kamu memang
pilihan terbaikku ~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 Responses to “Ketika tak ada pilihan selain berkata “iya””
Posting Komentar